Minggu, 01 Januari 2012

HUBUNGAN ANTARA GEOGRAFI, SEJARAH DAN SOSIOLOGI DALAM KONTEKS IPS TERPADU

A.  Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum atau pengajaran lintas bidang studi.
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampua siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Masalah pembelajaran IPS terpadu untuk jenjang Sekolah Dasar (SD), sampai sekarang, kelihatannya masih banyak menimbulkan pertanyaan. Bahkan masalah pemberian namapun belum ada keputusan yang pasti. Model Pembelajaran IPS Terpadu memuat beberapa keterpaduan antar-Kompetensi Dasar. Model ini juga menyangkut apa dan bagaimana seorang guru di Sekolah dasar (SD) mengembangkan dan melaksanakan model tersebut dengan memadukan bidang studi geografi, sejarah, dan sosiologi.
Melalui makalah ini penulis akan mendeskripsikan hubungan antara bidang studi geografi, sejarah dan sosiologi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu.

2.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan : bagaimanakah hubungan antara Geografi, Sejarah,dan Sosiologi dalam Konteks IPS Terpadu?

B.  Pembahasan
1.      Geografi
a.       Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gĂȘo ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu
b.      Ruang Lingkup Geografi
Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi yaitu:
1)        Kajian terhadap wilayah (regional);
2)        Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah;
3)        Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha manusia untuk memanfaatkannya
c.       Cabang Geografi

1)        Geografi fisik

Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan biologi untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan fisika untuk memahami pergerakan bumi dan hubungannya dengan anggota tata surya yang lain. Termasuk juga di dalamnya ekologi muka bumi dan geografi lingkungan.
2)        Geografi manusia
Cabang geografi non-fisik juga disebut antropogeografi yang fokus sebagai ilmu sosial, aspek non-fisik yang menyebabkan fenomena dunia. Mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia lainnya, dan pada transformasi makroskopis bagaimana manusia berperan di dunia. Bisa dibagi menjadi: geografi ekonomi, geografi politik (termasuk geopolitik), geografi sosial (termasuk geografi kota), geografi feminisme dan geografi militer.
3)        Geografi manusia-lingkungan
Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu tentang hubungan keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan lingkungannya berinteraksi. walaupun paham determinisme lingkungan sudah tidak berkembang, masih ada tradisi kuat di antara geografer untuk mengkaji hubungan antar manusia dengan alam. Terdapat dua bidang pada geografi manusia-lingkungan: ekologi budaya dan politik dam penelitian risiko-bencana. banyak lingkungan yang sudah dirusak oleh manusia, seharusnya sudah menjadi tugas manusia yang harus menjaga dan melestarikan lingkungan, mungkin alam sudah tidak ankan kuat bertahan lagi.
4)        Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Cabang Geografi ini adalah cabang yang relatif baru. Dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland. Saat kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan, sejumlah ahli Geografi asal Belanda ikut serta dalam program pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan sekarang lebih dikenal dengan Program Studi Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and Regional Development Planning (RRDP). Selain itu dapat dijelaskan bahwa perencanaan dan pengembangan wilayah dapat berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial terutama terkait dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, sehingga sangat bersinggungan dengan konsep-konsep dan teori-teori sosial yang ada.
5)   Ekologi budaya dan politik
Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan pemikiran dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Ilmu keberlanjutan (sustainability) kemudian tumbuh dari tradisi ini. Ekologi poltik bangkit ketika beberapa geografer menggunakan aspek geografi kritis untuk melihat hubungan kekuatan alam dan bagaimana pengaruhnya terhadap manusia. Misalnya, studi yang berpengaruh oleh Micahel Watts berpendapat bahwa kelaparan di Sahel disebabkan oleh perubahan sistem politik dan ekonomi di wilayah itu sebagai hasil dari kolonialisme dan menyebarnya praktek kapitalisme.
6)   Geografi sejarah
Cabang ini mencari penjelasan bagaimana budaya dari berbagai tempat di bumi berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang muka bumi merupakan satu dari banyak kunci atas bidang ini - banyak disimpulkan tentang pengaruh masyarakat dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.
d.      Manfaat Geografi
Dengan belajar geografi sebenarnya kita dapat mendapat peluang usaha yang ada di tempat tertentu, mengetahui jenis hewan yang dapat di kembangkan berkaitan dengan hal perternakan dan peluang penjualannya dan masih banyak lagi keuntungan- keuntungan yang dapat kita peroleh dengan mempelajari geografi baik dibidang pertanian, perkebunan dan kesehatan.
Dengan cara mempelajari penyebaran-penyebaran yang berkaitan dengan tanaman, hewan ternak, penyakit dan peluang usaha lainnya dapat kita gunakan dan manfaatkan untuk mengembangkan usaha yang kita impikan. Karena geografi tersebut mempelajari gejala di permukaan bumi baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat non fisik yang berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup di bumi.
Dengan mempelajari geografi kita juga bisa menganalisis dampak-dampak sosial yang terjadi di dalam masyarakat, mencari penyebab tersebut dan solusi yang dapat ditempuh berkenaan dengan permasalahan tersebut. Bila kita jualan barang-barang tertentu yang kita harus memperhatikan jarak yang kita tempuh untuk menyediakan barang tersebut serta keuntungan-keuntukan yang didapat dari hasil penjualan barang tersebut.
Selain itu juga dalam geografi juga mempelajari mengenai interaksi-interaksi yang ada didalam masyarakat baik antara manusia itu sendiri maupun dengan alam sekitarnya sehubungan dengan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-harinya. Dengan begitu banyaknya kegunaan dari ilmu geografi tersebut sudah sepantasnyalah kita mempelajarinya walaupun kita tidak bisa secara mendalam tapi kita bisa mempelajarinya inti-intinya karena ilmu geografi tersebut berkenaan dengan kehidupan kita.
2.      Sejarah
a.       Pengertian Sejarah
Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia.
Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah atau ahli sejarah disebut sejarawan.
b.      Pembagian Ilmu Sejarah
Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya (humaniora). Akan tetapi, kini sejarah lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Ilmu sejarah dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik.
c.       Manfaat Ilmu Sejarah
Ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh jika kita mempelajari sejarah, antara lain :
1)         Dengan sejarah kita dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau.
2)         Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi kita di kehidupan sekarang.
3)         Pelajaran yang terjadi di masa lampau juga dapat kita gunakan sebagai modal kehidupan masa depan kita.
3.      Sosiologi
a.       Pengertian Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
b.      Pokok Bahasan Sosiologi
Pokok bahasan sosiolgi ada empat:
4)      Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).
5)      Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
6)      Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah persmasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
7)      Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.
4.        Hubungan antara Geografi, Sejarah, dan Sosiologi dalam Konteks IPS Terpadu
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang.
Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Oleh karena itu sosiologi selain berhubungan dengan sejarah juga berhubungan dengan geografi.
Kenyataan di atas merupakan sebuah modal untuk menggabungkan antara tiga bidang studi, yaitu geografi, sejarah, dan sosiologi dalam sebuah bidang studi, yaitu IPS Terpadu yang sudah diaplikasikan di Sekolah Dasar (SD).
Pada dasarnya pembelajaran IPS terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara holistik, bermakna dan otentik.
Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran IPS terpadu mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.    Pembelajaran dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan ataupun lainnya.
b.    Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
c.    Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
d.   Menggabungkan sebuah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Kita dapat merancang dan menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu dengan berbagai pendekatan, salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan humanistik.
Pendekatan Humanistik adalah pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar. yang menyoroti suatu topik/tema yang termasuk bidang ilmu tertcntu dengnn berbagai disiplin ilmu antara lain yang relevan (terkait) sehingga para murid melihat masalah/topik tersebut lengkap dan terpadu. Namun demikian tema pokok tetap menjadi fokas utama sehingga sorotan disiplin ilmu yang lain hanya bersifat pelengkap (Kiipletneiiter).
a.       Rancangan model pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan pendekatan Humanistik
Suatu tema ilmu pengetahuan sosial disaturagakan secara lengkap. Karena memang hakikat manusia adalah bulat tidak terkotak-kotak dalam ilmu demi ilmu alau nspok dcmi aspek. Kehidupan riil kemasyarakatan pun sama adalah multi dimensional, Oleh karena itu pembelajaran IPS diharapkan mampu mengantarkan dari membina para murid ke arah hidup bermasyarakat secara baik dan fungsional.
Kalau kita lihat manusia dari kebutuhan dan kegiatan dasarnya, secara natural manusia akan berbuat dan mengembangkan potensi manusiawinya dalam kehidupnn yang dinamis dan multidimensional.
Oleh karenanya pembelajaran IPS terpadu bertolak landas dari kebutuhan dasar manusia dan dikembangkan secara multidimensional dengan media pendekatan yang komprehensip dan terpadu.
b.      Menerapkan Model Pembelajaraa IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Humanistik
Sebagai contoh, dapat kita khat kurikulum Sekolah Dasar kelas V Semester 2, sebagai berikut:
1)      Tujuan Instruksional Umum
Siswa mengenal sumber daya manusia dan ciri khas kebudayaan Indonesia
2)      Pokok Bahasan
Perpindahan (migrasi) penduduk,
3)      Uraian Materi
a)      menemutunjukan faktor-faktor pendorong dan penarik perpindidikan penduduk
b)      membahas macam-macam migrasi
c)      menceritakan manfaat migrasi.
Setelah kita pahami tema pokok di atas yaitu migrasi penduduk. tema pokok tersebut kita lihat dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu Misalnya kita akan menjelaskan uraian materi: faktor pendorong dan penarik perpindahan penduduk. Maka kita dapat menyorotinya dari sudut pandang geografi, dan sejarah dan kebudayaan.
Dari geografi; faktor-faktor pendorongnya adalah berkurangnya sumber alam, hasil tambang, kayu, bencana alam (banjir, tanah longsor, gempa bumi dan sebagainya. Faktor penariknya adalah keadaan alam yang menyenangkan seperti iklimnya sejuk, tanahnya subur dari aman dari bencana alam.
Dari Sejarah dan kebudayaan; faktor pendorongnya adalah tidak cocok lagi dengan adat istiadat, agama dan kepercayaan setempat. Faktor penariknya atau kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan ada pusat-pusat kebudayaan (museum sejarah dan keraton), adanya pusat-pusat hiburan dan olah raga dan sebagainya.
Demikian tadi contoh sederhana mengenai penerapan pendekatan humanistik dalam proses bclajar mengajar. Tentunya pembaca dapat mencari tema pokok dan mengembangkannya dengan sudut pandang yang lebih luas dan terpadu.
Dalam pelaksanaannya di dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a)      guru memahami tujuan pembelajaran
b)      guru menentukan dan memahami materi pelajaran yang akan disampaikan dan menentukan tema pokok
c)      guru membentuk kelompok kerja yang beranggotakan para rnurid kelompok tersebut setelah mengetahui tema pokok kemudian disuruh bekerja sesuai dengan tugasnya yakni membahas suatu tema tertentu dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu yang relevan setelah selesai, maka diadakan pembahasan hasil kerja yang dipimpin oleh seorang murid atas bimbingan guru hasil pembahasan tersebut disimpulkan.
d)   Catatan: Pelaksanaan tersebut dapat dilakukan secara individu.

C.  Penutup
1.      Kesimpulan
Model pembelajaran IPS terpadu yang meliputi bidang studi geografi, sejarah, dan sosiologi dapat meningkatkan aktifitas dan kreativtas siswa. Yaitu peningkatan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaannya materi pokok, sikap dan keterampilan siswa dalam pembelajaran di kelas.
2.      Saran-saran
Guru diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan wawasan dalam proses pembelajaran serta harus menerima suatu hal yang baru konseptual teknik, metode dan model pembelajaran sehingga selain dapat menguasai materi pembelajatan untuk memudahkan dalam implementasi IPS Terpadu juga dapat menyampaikan materi pembelajaran IPS Terpadu dengan maksimal untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Daftar Pustaka
Djoko Harmantyo, Geografi dalam Perspektif Filsafat Ilmu, makalah disampaikan dalam Seminar Filsafat Sains Geografi di Fakultas Geografi UGM Yogyakarta tanggal 12 July 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi, diunduh pada hari Jum’at, 2 Desember 2011, pukul 13.18 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, diunduh pada hari Jum’at, 2 Desember 2011, pukul 13.44 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi#Pokok_bahasan_sosiologi, diunduh pada hari Jum’at, 2 Desember 2011, pukul 13.40 WIB.
http://ladang-hijau.blogspot.com/2010/10/manfaat-mempelajari-geografi.html,diunduh pada hari Jum’at, 2 Desember 2011, pukul 13.33 WIB.
http://mahasiswibaru.blogspot.com/2009/12/model-pembelajaran-terpadu-ips.html, diunduh pada hari Jum’at, 2 Desember 2011, pukul 13.44 WIB.








PENGEMBANGAN KURIKULUM DITINJAU DARI PERKEMBANGAN MASYARAKAT


A.  Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Pada kurikulum tingkat pembelajaran, Israel Scheffler mengingatkan bahwa suatu kurikulum harus memenuhi tiga jenis relevansi, yaitu relevansi epistemologis, relevansi psikologis, dan relevansi sosiologis atau moral.
Suatu kurikulum dikatakan memiliki relevansi epistemologis apabila kurikulum tersebut menuntut siswa secara aktif mencari, menemukan, merumuskan sendiri pengetahuan dan pengalaman belajar yang harus dikuasainya. Kurikulum seperti ini menuntut digunakannya berbagai pendekatan yang menuntut keterlibatan siswa secara langsung, baik secara fisik maupun mental, seperti pendekatan pembelajaran active learning, CBSA, discovery inquiry learning, juga tentunya Pembelajaran Aktif, Interaktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
Suatu kurikulum dikatakan memenuhi prinsip relevansi psikologis apabila kurikulum tersebut menuntut siswa terlibat secara mental dan intelektual (berpikir). Siswa terlibat dalam memecahkan berbagai persoalan yang dibahas, tertantang untuk mengajukan pendapat dan memberi masukan atas suatu persoalan. Kurikulum seperti ini akan terjadi apabila menerapkan pendekatan yang berbasis masalah. Pendekatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem based learning adalah contoh kurikulum yang memenuhi prinsip ini.
Sementara itu, kurikulum dikatakan memiliki relevansi sosiologis atau moral, apabila isi atau pengalaman belajar yang dipelajari siswa memiliki nilai dan manfaat (meaningfull), baik sebagai bekal untuk mengikuti proses pembelajaran berikutnya, terutama untuk memasuki masyarakat yang sesungguhnya.
Pada makalah ini penulis akan mendeskripsikan pengembangan kurikulum ditinjau dari perkembangan masyarakat yang menjadikan kurikulum memiliki relevansi sosiologis atau moral.
2.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat penulis ambil rumusan masalah sebagai berikut :
a.    Apa pengertian kurikulum?
b.    Apa saja landasan pengembangan kurikulum?
c.    Bagaimana implikasi perkembangan masyarakat terhadap pengembangan kurikulum?

B.  Pembahasan
1.      Pengertian Kurikulum
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.
Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan  sebagai pedoman penyelenggaraan  kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat menarik garis besar pengertian kurikulum yaitu: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2.      Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut:
a.    Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
b.    Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik perkembangan peserta didik.
c.    Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
d.   Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
e.    Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
f.     Kondisi social, budaya, ekonomi dan agama yang mempengaruhi perkembangan masyarakat, perkembangan masyarakat tersebut berdampak pada kebutuhan dan karakter masyarakat.
3.      Implikasi Perkembangan Masyarakat terhadap Pengembangan Kurikulum
Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat. Artinya sebuah kurikulum harus membekali para siswa dengan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sehingga mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang baik; siswa pada saatnya dapat berkiprah dan berkompetisi dalam suatu masyarakat yang semakin kompetitif. Dalam konteks ini, paling tidak ada dua dimensi kondisi masyarakat yang harus benar-benar mendapat perhatian, pertama adalah kondisi masyarakat saat ini, dan kedua kondisi masyarakat di masa akan datang, dimana siswa akan menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Terkait dengan kondisi masyarakat saat ini, tuntutan relevansi ini untuk menjamin bahwa kurikulum yang dipelajari siswa akan memberi bekal kepada mereka untuk dapat hidup secara wajar dalam masyarakatnya. Siswa dapat beradaptasi dan berpartisipasi dalam lingkungan masyarakatnya.
Sementara terkait dengan kondisi masyarakat yang akan datang, kurikulum diharapkan akan memberi kemampuan dasar untuk memungkinkan siswa dapat memasuki dunia nyatanya sebagai manusia, dimana dia harus berkiprah dalam masyarakat sebagai anggota masyarakatnya secara mandiri, dan terutama mereka harus memasuki dunia kerja yang harus dilakukannya dengan baik. Untuk itu para pengembang kurikulum harus mampu memprediksi dan mendapat gambaran yang jelas tentang kondisi masyarakat di masa yang akan datang pada saat anak-anak dapat dikatakan dewasa untuk memasuki dunianya. Berdasarkan gambaran tersebut dirancang kurikulum yang memberikan kemampuan-kemampuan dasar yang diperlukan dalam memasuki masyarakat tersebut.
Tujuan pengembangan kurikulum dengan memperhatikan perkembangan masyarakat  bagi siswa antara lain :
a.    Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan budaya termasuk kerajinan, keterampilan yang nilai ekonominya tinggi di daerah tersebut.
b.    Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup mereka di masyarakat, seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
c.    Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat memiliki beberapa keunggulan/kelebihan antara lain:
a.    Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat.
b.    Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial, profesional maupun manajerial.
c.    Karena kurikulum disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya.
d.   Ada motivasi kepada sekolah khususnya kepala sekolah dan guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.

C.  Penutup
1.    Kesimpulan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Perkembangan masyarakat merupakan salah satu dari landasan dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat. Artinya sebuah kurikulum harus membekali para siswa dengan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sehingga mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang baik; siswa pada saatnya dapat berkiprah dan berkompetisi dalam suatu masyarakat yang semakin kompetitif. Dalam konteks ini, paling tidak ada dua dimensi kondisi masyarakat yang harus benar-benar mendapat perhatian, pertama adalah kondisi masyarakat saat ini, dan kedua kondisi masyarakat di masa akan datang, dimana siswa akan menjadi bagian dari masyarakat tersebut.


2.    Saran-saran
a.       Kepala Sekolah
Dengan diimplementasikannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hendaknya kepala sekolah dapat membuat dan mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah dan kondisi masyarakat di sekitarnya dengan harapan kurikulum relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pembelajaran di kelas mampu menghasilkan sosok siswa yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
b.      Guru
Guru sebagai pelaksana kurikulum dan sebagai orang yang selalu bersentuhan dengan peserta didik mempunyai peranan yang strategis yaitu sebagai penyuplai kerangka kurikulum. Oleh karena itu hendaknya guru dapat memberikan masukan kepada kepala sekolah dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan praktek pelaksanaan kurikulum di sekolah agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
c.       Masyarakat
Masyarakat melalui komite sekolah sebenarnya terlibat secara langsung dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum, namun kenyataannya dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum komite sekolah jarang sekali terlibat. Jika mereka terlibat, keterlibatan mereka sebatas untuk formalitas saja dalam bentuk tanda tangan. Melihat kenyataan itu hendaknya komite sekolah berani terlibat secara aktif dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum di sekolah sehingga kurikulum yang disusun dan dikembangankan dapat sesuai dengan kebutuhan mereka


DAFTAR PUSTAKA
.
Ayi Suherman, Modul Inovasi Kurikulum, UPI Bandung.
Hamalik, O. 1990. Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya. Bandung: Mandar Maju.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
--------------. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Sebuah Panduan Praktis. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Syaodih, S. Nana. 1997. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.
Yamin, Moh. 2010. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Yogyakarta : Diva Press.