Minggu, 01 Januari 2012

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK


A.  Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh pengetahuan. Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk mencari pemahaman terhadap cara manusia berpikir. Karya Plato dan Aristotle telah memuat topik tentang kognisi karena salah satu tujuan filsafat adalah memahami segala gejala alam melalui pemahaman dari manusia itu sendiri.
Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencermikan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia. Proses berpikir tentunya melibatkan otak dan saraf-sarafnya sebagai alat berpikir manusia oleh karena itu untuk menyelidiki fungsi otak dalam berpikir maka berkembanglah neurosains kognitif. Dalam makalah ini selain menjelaskan tentang perkembangan proses kognitif yang difokuskan pada tiga perkembangan fungsi kognitif, yaitu persepsi, memori, dan atensi.
Proses kognitif sendiri menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indera tubuh manusia dengan informasi yang telah disimpan di ingatan jangka panjang. Kedua informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan informasi. Kapabilitas pengolahan ini dibatasi oleh kapasitas ingatan kerja dan faktor waktu. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang telah dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses fisik dengan anggota tubuh manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan dapat juga berupa tindakan pasif, yaitu melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.
2.    Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam makalah ini berikut penulis rumuskan masalah pada makalah ini :
a.    Bagaimanakah perkembangan persepsi pada manusia dan implikasinya di bidang pendidikan?
b.    Bagaimanakah perkembangan memori pada manusia dan implikasinya di bidang pendidikan?
c.    Bagaimanakah perkembangan atensi pada manusia dan implikasinya di bidang pendidikan?

 B.  Pembahasan
1.      Persepsi
a.      Pengertian Persepsi
Kotler menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara  berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Walgito mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.
Leavitt membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga.
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.
b.      Proses Persepsi dan Sifat Persepsi
Proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Walgito menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1)   Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2)   Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3)   Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4)   Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
1)   Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2)   Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.
3)   Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.
Menurut Newcomb, ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
1)   Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2)   Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan diserap.
3)   Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.
c.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Thoha berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang vmeliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
1)   Pelaku persepsi (perceiver)
2)   Objek atau yang dipersepsikan
3)   Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan.
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu.
Gilmer menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
1)   Faktor-faktor ciri dari objek stimulus
2)   Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
3)   Faktor-faktor pengaruh kelompok.
4)   Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.
d.   Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport ada tiga yaitu:
1)   Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2)   Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3)   Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Baron dan Byrne, juga Myers menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1)   Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2)   Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
3)   Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Rokeach memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut.
e.       Implikasi persepsi di bidang pendidikan
Perbedaan hasil persepsi yang muncul sebagai dampak perbedaan sudut pandang ruang, waktu, dan arti sudah selayaknya menjadi perhatian guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini penting diperhatikan agar materi pelajaran dan nilai-nilai serta substansi yang ingin disampaikan dapat diterima siswa seperti apa yang diharapkan guru, dan tidak menyimpang dari target pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran mengarahkan persepsi siswa agar tercipta kesamaan persepsi antar siswa satu kelas. Contohnya, ketika akan menerangkan dan menjelaskan sebuah materi pelajaran, maka disampaikan juga tujuan-tujuan dari mempelajari materi tersebut. Selain itu, proses diskusi dan tanya jawab selama proses pembelajaran diperlukan untuk membentuk kesamaan persepsi. Adapun ketika akan menggunakan alat peraga dalam pendidikan, maka siswa hendaknya diberikan waktu untuk mengenali lebih dekat alat peraga serta mengenalinya secara keseluruhan, bukan bagian per-bagiannya.
Persepsi seseorang terhadap sebuah objek akan berbeda-beda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kondisi individu dan perbedaan pengetahuan, wawasan, secara cara pandang individu. Perhatikan ontoh gambar berikut! Beberapa individu memliki beberapa kemungkinan dalam mempersepsikan gambar tersebut, antara lain:1)   Mempersepsikan gambar sebagai sebuah gambar orang tua yang memiliki rambut putih, rambut alis putih, serta berjenggot putih.
2)   Mempersepsikan gambar sebagai seorang penunggang kuda bertopi yang menunggani kuda melalui sebuah saluran air dengan melintasi seseorang yang sedang terbaring.
2.    Memori
Memori merupakan salah satu hal terpenting dalam proses belajar siswa. Memori manusia yang letaknya di organ tubuh otak menjadi bank data segala informasi yang diterima siswa. Siswa yang mampu mengikuti pelajaran dengan baik dan mencapai prestasi belajar yang baik ditunjang oleh kemampuannya dalam menyimpan, mengolah, dan mengeluarkan kembali memori pengetahuan dengan tepat pada saat yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, memori sangat penting bagi siswa dan perumbuhan manusia yang pada hakikatnya selalu belajar dari lingkungannya baik langsung atau tidak dan secara sadar atau tidak sadar.
a.    Pengertian Memori
Menurut Walgito dalam Sugihartono dkk. (2007:10), memori merupakan aktivitas yang berhubungan dengan masa lalu. Memori merupakan kemampuan seseorang dalam menyimpan suatu informasi dan mengeluarkan kembali dalam situasi dan kondisi yang ditbutuhkan. Menurut Atkinson dkk dalam Sugihartono dkk. (2007:10), secara umum para ahli memandang bahwa memori bekerja dalam tiga tahapan atau proses yaitu memasukan pesan dalam ingatan, menyimpan pesan yang sudah masuk atau storage, dan memunculkan kembali informasi tersebut atau retrieval. Proses memasukkan informasi juga sering disebut dengan istilah encoding, learning, dan mencamkan.
Dalam proses kerjanya, retrieval terbagi dalam dua kategori yaitu recall dan recognize. Recognize merupakan usaha memunculkan kembali sebuah informasi yang tersimpan dalam otak dengan menggunakan bantuan stimulus atau informasi yang telah tersedia, sedangkan recall merupakan usaha memunculkan kembali informasi yang tersimpan dalam otak tanpa menggunakan bantuan stimulus. Pemanfaatan dan aplikasi sistem recognize misalnya bentuk-bentuk ujian dengan tipe pilihan ganda, sedangkan recall menggunakan tipe-tipe soal essay. Menurut Sugihartono dkk. (2007:10), istilah memori sering diterjemahkan sebagai kemampuan untuk memasukan, menyimpan, dan memunculkan kembali informasi yang telah diterimanya.
b.   Macam-Macam Memori
 Kemampuan setiap individu berbeda, begitu juga dengan kemampuan otak manusia yang notabene merupakan tempat penyimpanan memori. Hal ini berdampak juga terhadap kemampuan seseorang mengigat informasi atau kemampuan memori seseorang yang juga berbeda. Kemampuan memori seseorang tidak dapat lepas dari bentuk stimulus awal sebuah informasi yaitu ukuran stimulus, alat indera yang digunakan, dan ada/tidaknya perhatian. Oleh sebab itu, kemampuan rentang waktu informasi bertahan dalam otak atau memori terbagi menjadi memori jangka pendek dan memori jangka panjang, serta memori kerja.1)        Memori Jangka Pendek (Short Term Memory)
Short term memory atau disebut juga immediate memory merupakan jenis memori yang bekerja sangat singkat dan hanya bertahan sesaat yaitu hanya beberapa detik (+ 15-30 detik). Memori ini diakatakan memori jangka pendek dikarenakan selain rentang waktu tersimpannya yang sangat singkat, juga karena proses mengingat yang cenderung dipaksakan dan disegerakan, dan juga setelah meghafalnya cenderung merlupakan informasi terebut karena diangga sudah tidak berguna lagi. Misalnya saat menghafal nomor telepon, no alamat rumah, plat motor dsb. Namun demikian, ketika informasi tersebut dianggap sangat penting dan berarti sehingga diulang-ulang, maka informasi tersebut dapat masuk ke dalam memori jangka panjang atau long term memory.
Menurut Atkinson dalam Sugihartono dkk. (2007:11), kapasitas memori jangka pendek berkisar antasra 7 digit. Mayoritas orang akan mengalami kesulitan menghafal angka yang lebih dari 10 digit. Kesulitan ini sering dirasakan dalam usaha mengingat sebuah nomor handphone (HP) yang rata-rata 12 digit angka. Hal ini kemudian memunculkan cara tersendiri untuk mengingatnya yaitu dengan cara menggolong-golongkannya menjadi 3 atau 4 bagian misanya 081574768461 menjadi 0815 7476 8461. Penggolongan ini berdampak pada digit angkat yang hanya menjadi 3 digit.
2)        Memori Jangka Panjang (Long Term Memory)
Kemampuan memori ini dalam menyimpan sebuah informasi tergolong dalam jangka waktu yang sangat lama atau bahkan cenderung permanen atau menetap dalam otak seseorang. Kemampuan kerja memori jenis ini menurut Sugihartono dkk. (2007:12) dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
a)    Informasi yang berhubungan dengan keselamatan hidup.
b)   Informasi yang membangkitkan emosi.
c)    Informasi yang masuk akan dan sangat berarti, terutama bagi individu yang bersangkutan.
Selain kedua jenis memori tersebut terdapat jenis memori yang mampu menyimpan sebuah informasi dalam rentang waktu yang tidak terlalu singkat dan tidak terlalu lama pula, atau cenderung dalam waktu yang sedang-sedang saja. Memori ini disebut degan memori kerja (working memory). Menurut Gunawan dalan Sugihatono dkk. (2007: 12), working memory merupakan jenis memori yang dapat menyimpan sebuah informasi dalam rentang waktu beberapa menit sampai dengan beberapa jam saja, dan memberikan cukup waktu untuk memproses, melakukan refeleksi, dan melakukan kegiatan berfikir. Memori jenis ini juga bepeluang masuk ke dalam memori jangka panjang apabila informasi yang disimpang tersebut bermakna dan sering diulang, sehingga akan melemah apabila tidak digunakan lagi. Biasanya memori ini digunakan dalam proses belajar SKS, sistem kebut semalam.
Proses pengolahan informasi mulai dari asanya stimulus sampai dengan tersimpan dalam memori, baik memori jangka pendek maupun memoti jangka panjang merupakan sebuah proses yang panjang dan melibatkan banyak komponen. Stimulus masuk melalui sistem indera kemudian menjadi sebuah memori melalui beberap tahapan. Adapun alur pemrosesan informasi mulai dari adanya stimulus sampai dengan terbentuk memori atau ingatan digambarkan sebagai berikut:
c.    Lupa
Lupa pada dasarnya merupakan ketidakmampuan sesorang individu untuk memuunculkan kembali informasi atau pengetahuan yang pernah dimilikinya. Menurut Winkel (2009:509-510), dalam literatur ilmiah yang membahas sebab-sebab terjadinya lupa, proses terjadinya lupa pada individu dapat dikelompokkan menjad tiga yaitu:
1)   Lupa terjadi karena bekas-bekas ingatan yang tidak digunakan, lama-kelamaan terhapus dan dengan belangsungnya waktu terjadi proses penghapusan yang mengakibatkan suatu bekas ingatan menjadi kabur dan lama-kelamaan hilang sendiri.
2)   Lupa terjadi karena adanya gangguan dari informasi yang baru masuk ke dalam ingatan terhadap informasi lama yang telah tersimpan di situ, seolah-olah informasi yang lama digeser dan kemudian menjadi lebih sukar diingat.
3)   Lupa terjadi karena adanya motif tertentu, sehingga orang-orang sedikit banyak berusaha melupakan sesuatu.
Teori lainnya yang mengungkapkan tentang proses terjadinya kelupaan antara lain Decay Theory, Teori Interferensi, Teori Retrieval Failure, Teori Motivated Forgetting, dan Lupa Karena sebab-sebab fisiologis. Decay Theory memandang lupa terjadii karena keausan memori disebabkan tidak penah diulang-ulang kembali dalam jangka waktu yang sangat lama. Teori Interferensi, memandang bahwa pada dasarnya memori tidak pernah hilang, namun demikian terjadi percampuran memori baru dalan lama sehingga saling mengganggu satu sama dain dan menimbulkan kelupaan. Teori Retrieval Failure memiliki pandangan sama dengan teori interferensi, namun demikian lupa semata-mata terjadi karena tidak adanya stumulus yang tepat untuk memunculkan memori tersebut. Teori Motivated Forgetting memandang bahwa lupa disebabkan adanya keingingan individu untuk meupakan sesuatu terutama hal-hal yang tidak menyenangkan. Lupa Karena sebab-sebab fisiologis lebih disebabkan adanya perubahan kondisi fisik otak karena beberapa faktor, sehingga terjadi amnesia. Lupa merupakan sebuah hal yang sangat mungkin terjadi, namun demikian lupa juga dapat diatasi. Menurut Winkel (2009:511-514), ada beberapa langkah untuk mengurangi lupa yang disesuikan dengan fase dan proses dalam belajar itu sendiri, yaitu:
1)   Menumbuhkan motivasi yang kuat pada siswa, terutama motivasi intrinsik dan kesadaran akan tujuan yang harus dicapai siswa serta mendorong siswa untuk melibatkan diri.
2)   Pada fase konsentrasi, siswa harus memberikan perhatian khusus pada unsur-unsur yang relevan.
3)   Pada fase pengolahan, siswa perlu mengolah materi dengan baik dan segera..
4)   Pada fase menggali dan fase prestasi, siswa harus menggunakan kunci yang tepat/cocok untuk  membuka ingatannya.
5)   Pada fase setalah proses belajar-mengajar, siswa dituntut untuk banyak mengulang-ulang informasi yang baru saja diterimanya.
d.   Implikasi Memori dalam Pendidikan
Penerapan pemanfaatan adanya memori pada siswa penting dilakukan dalam proses pembelajaran. Hal ini tidak lepas dari kondisi-kondisi dalam pembelajaran  yang membutuhkan kerja efektif dan efisien membantu siswa untuk berkembang dan menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan baik. Penerapannya dalam pembelajaran tidak lepas dari adanya jenis memori pendek, memori kerja, dan memori jangka panjang. Contohnya, dalam penyampaian materi pelajaran yang dianggap akan sangat berguna dalam kehidupan siswa maka diperlukan kemampuan guru untuk mengaitkan muatan materi dengan keselamatan siswa, melibatkan emosi siswa dalam mempelajarinya, serta menyampaikan manfaat dan kemungkinan keberartiannya bagi masing-masing siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran yang memperhatikan kemampuan memori siswa dan kemungkinan terjadinya lupa, dapat diantisipasi dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1)        Melakukan proses pengulangan-pengulangan materi pelajaran.
2)        Menghubung-hubungkan materi dan aktivitas belajar dengan kondisi nyata yang ada dan sering dijumpai siswa disekitar lingkungannya.
3)        Melakukan proses pengorganisasian memori dengan menggunakan berbagai metode-metode mengingat sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa (akronim, jembatan keledai, mnemonik, dan strategi belajar lainnya).
3.    Atensi
a.    Pengertian Atensi
Atensi menurut hilgard : pusat pengamatan yang menyebabkan meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan stimuli yang terbatas. Sedangkan menurut morgan, atensi adalah pemusatan pada aspek aspek tertentu dari pengamatan yang sering terjadi dan tidak menghiraukan orang lain.
b.      Aspek atensi:
1)   Reseptor adjustment : penyesuaian alat indra terhadap objek yang menjadi perhatianya
2)   Postural adjustment : penyesuaian sikap tubuh terhadap objek yang menjadi perhatiannya adalah yang menraih perhatianya.
3)   Muscle tention : adanya tegangan otot, dalam hal ini berhubungan dengan adanya perhatian, disitulah adanya pemusatan energy
4)   Central nervous adjustment : penyesuaian saraf pusat dalam melakukan perhatian. Hal ini dikarenakan dalam setiap penyesuaian mekanisme saraf pusat yang mengaturnya.
5)   Increases clearness : semakin jelas objek yang menjadi perhatian, akan semakin menarik perhatian individu.\
c.       Macam macam atensi :
Dari segi timbulnya perhatian
1)   Atensi spontan : perhatian yang timbul dengan sendirinya karena spontan
2)   Atensi tidak spontan : perhatian yang timbul dengan sengaja.
Dari segi banyak objek yang dicakup
1)   Atensi konsentratif : perhatian yang dilakukan pada individu pada suatu waktu dan hanya dapat memperhatikan sedikit objek
2)   Atensi distributive : perhatian yang dilakukan individu pada suatu waktu dan dapat memperhatikan banyak objek sekaligus. Pada umumnya perhatian distributive sejalan dengan perhatian yang terbagi bagi.
Dari segi fluktuasi atensi dibagi menjadi 2, yaitu :
1)   Atensi static : perhatiannya tertuju pada suatu objek tertentu
2)   Atensi dinamik : perhatian pada individu, yang pada suatu saat tertentu dapat dengan memudahkan perhatiannya secara lincah dari suatu objek ke objek lain.
d.      Faktor yang mempengaruhi atensi :
1)   Eksternal : intensitas dan ukuran, contrast dan novelty, repentition / pengulangan, movement /gerakan.
2)   Internal : Motives / needs, preparatory set (kesiapan untuk berespon), interest (menaruh perhatian pada yang diminati)   

C.      Penutup
1.      Kesimpulan
Proses kognitif menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indera tubuh manusia dengan informasi yang telah disimpan di ingatan jangka panjang. Kedua informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan informasi. Kapabilitas pengolahan ini dibatasi oleh kapasitas ingatan kerja dan faktor waktu. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang telah dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses fisik dengan anggota tubuh manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan dapat juga berupa tindakan pasif, yaitu melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Ada tiga fungsi kognitif, antara lain persepsi, memori dan atensi. persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.
Sedangkan memori merupakan salah satu hal terpenting dalam proses belajar siswa. Memori manusia yang letaknya di organ tubuh otak menjadi bank data segala informasi yang diterima siswa. Siswa yang mampu mengikuti pelajaran dengan baik dan mencapai prestasi belajar yang baik ditunjang oleh kemampuannya dalam menyimpan, mengolah, dan mengeluarkan kembali memori pengetahuan dengan tepat pada saat yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, memori sangat penting bagi siswa dan perumbuhan manusia yang pada hakikatnya selalu belajar dari lingkungannya baik langsung atau tidak dan secara sadar atau tidak sadar.
Kemudian atensi merupakan pusat pengamatan yang menyebabkan meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan stimuli yang terbatas. Sedangkan menurut morgan, atensi adalah pemusatan pada aspek aspek tertentu dari pengamatan yang sering terjadi dan tidak menghiraukan orang lain.
2.      Saran-saran
Seorang guru ataupun mahasiswa keguruan harus memahami proses perkembangan kognitif peserta didik beserta perkembangan dari fungsi kognitif sendiri, seperti persepsi, memori, dan atensi. Pemahaman tersebut dapat digunakan oleh guru untuk membangun dan mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal. Hal itu dikarenakan perkembangan fungsi kognitif peserta didik tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

Daftar Pustaka

Arindita, S. 2003. Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Asri Budiningsih. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: UNY.
Gerungan, W. A. 1996. Psikologi Sosial. (edisi kedua). Bandung : PT Refika Aditama.
Hamka, Muhammad. 2002. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan Kerja dengan Motivasi Berprestasi. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Fakultas Psikologi. Tidak diterbitkan.
Jensen, Eric. 2008. Brain-Based Learning. (Terjemahan. Narulita Yusron). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kotler, Philip. 2000. Marketing Manajemen: Analysis, Planning, implementation, and Control , 9th Edition, Prentice Hall International, Int, New Yersey
Mar’at, 1991. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Garmedia.
Rosyadi, I. 2001. Keunggulan kompetitif berkelanjutan melalui capabilities-based competition: Memikirkan kembali tentang persaingan berbasis kemampuan. Jurnal BENEFIT, vol. 5, No. 1, Juni 2001. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sri Rumini dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar